Sabtu, 17 April 2010

Shinsengumi-Second Part

Shinsengumi
Pasukan Samurai Terakhir Shogunat Tokugawa (Second Edition)
Sebuah organisasi samurai yang mengabdi kepada shogunat Tokugawa di masa akhir kekuasaannya. Panji-panjinya adalah ”Ketulusan”. Setelah diambil alih kepemimpinan oleh Kondo Isami dan Hijikata Toshizo, organisasi itu menjadi sebuah organisasi kejam dan tak kenal ampun membela otoritas Bakufu. ”Ketulusan” untuk mengusir orang asing demi kekaisaran pun nampaknya hanya menjadi bualan belaka...

Pembantaian di Ikeda'ya
Kondo dan Hijikata kini mengambil tanggung jawab penuh atas kepemimpinan Shinsengumi. Mereka melatih pasukannya dengan kenjutsu (seni pedang), yarijutsu (seni tombak), dan jujutsu untuk memperkuat fisik mereka. Selain dilatih menggunakan senjata, mereka diharuskan melatih kaligrafi dan kesusastraan atau seni puisi, untuk mempersiapkan puisi kematiannya. Inilah jalan seorang bushido. Bila mereka bolos pelajaran atau melanggar aturan di saat misi maupun tes masuk, siapa pun itu, yang melanggarnya harus melakukan seppuku.
Tokugawa kini menghadapi musuh-musuh dari klan Tosa, Choshu, dan Satsuma. Yang paling ganas saat itu adalah Choshu dan Satsuma. Choshu pernah sekali menyerang Tokugawa namun gagal sehingga merencanakan serangan balasan yang lebih ganas. Choshu saat itu sering berkumpul di penginapan Ikeda'ya di Kyoto, sambil menyetor persenjataan dan merencanakan penyerangan di saat yang tepat untuk menculik kaisar.
Rencana untuk menggulingkan Bakufu sebenarnya sudah dirahasiakan sejak lama. Namun, ketika Shinsengumi menahan seorang laki-laki Choshu karena kasus pembakaran, terbukalah rahasia itu. Ternyata, Choshu telah mengumpulkan ke-250 samurainya untuk mengadakan pemberontakan di sana. Dan diketahui pula di sekitar penginapan Masu'ya juga terdapat pemberontak. Katanya, pemberontakan itu dipimpin oleh Miyabe Teizo. Lalu, Shinsengumi menangkap Furudaka Shuntaro untuk diinterogasi dengan cara paksa pada tanggal 5 Juni 1864. Akhirnya, Furudaka membuka mulut dan menyerah.
Tepat malam itu, 10 anggota Shinsengumi, semuanya ahli pedang, berpakaian baju zirah dan berketopong besi mengepung masuk Ikeda'ya. Mereka lalu terlibat dalam pertarungan sengit yang menumpahkan banyak darah. Pertarungan itu hanya meloloskan 3 samurai Choshu, dan meninggalkan dendam yang pedih di lubuk hati samurai Choshu. Setelah kejadian ini, masa Tokugawa Bakufu menjadi lebih pendek. Shinsengumi lalu diberi gelar hatamoto oleh Bakufu.

Pertempuran-pertempuran Terakhir, Revolusi Kekaisaran, dan Akhir dari Tokugawa Bakufu (I)

Seorang juru bicara kelas samurai, Katsu Kaishu, menyatakan bahwa kehidupan
Bushido tak'kan bertahan lama dalam perkembangan zaman menuju modernisasi
Jepang. Akan tetapi, prinsip hidup mereka akan terus abadi dalam kehidupan
rakyat Jepang. Karena, samurai tidak bekerja di dalam era feodal. Mereka hanya
hidup dari hasil gaji mereka. Sistem ini akan berakhir karena zaman menuntut
manusia untuk bekerja.

Akhir bulan Juni, lebih dari dua ribu samurai Choshu dan 300 ronin pendukung Choshu memutuskan untuk bertempur membalaskan dendam Ikeda'ya dan mengakhiri rezim feodal Bakufu. Hal ini diputuskan setelah ditolaknya permintaan Choshu untuk menyelidiki kasus tersebut. Malahan, Tokugawa menetapkan batas akhir yaitu 19 Juli agar Choshu menarik mundur pasukannya.
Namun, pertempuran tetap terjadi. Shinsengumi bekerja sama dengan Mimawarigumi (Regu Patroli). Pertempuran pecah di pagi hari tanggal 19 Juli, dan akhirnya Choshu kalah perang. Kekalahan ini merupakan pukulan telak terhadap gerakan ”Penghormatan terhadap Kerajaan dan Usir Orang Barbar”...

To be continued...
Contributed By: Valerius Evan Ligasetiawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar